Tanjak Melayu: Pengertian, Sejarah dan Kegunaan


LATAR BELAKANG
       Salah satu kekhasan pakaian para lelaki di rantau Melayu adalah penggunaan tanjak yang digunakan di bagian kepala. Tanjak adalah kain yang dililitkan di kepala .Meski bentuknya beragam dan beraneka macam, namun seluruh lelaki kaum Melayu hampir memakai ini pada masa dahulu. Dan sekarang, tanjak biasanya digunakan dalam acara perhelatan dan adat seperti kenduri kawin dan lain sebagainya. Ibarat kaum pria Jawa memakai blangkon, sebagai simbol adat Jawa, yang sudah sangat populer di Indonesia, keberadaan Tanjak di daratan Melayu juga sebagai ciri khas pemuda Melayu.
          Untuk tanjak yang biasa dipakai raja atau hulubalang dengan menggunakan kain tenus asli Siak, harganya ratusan ribu rupiah, sementara tanjak yang dipasarkan dengan corak Melayu berkisar seharga Rp50-100 ribu saja perbuahnya.


SEJARAH
      Menurut sebuah perspektif, konon, orang-orang Melayu Sriwijayalah yang pertama kali menggunakan tanjak ini dalam keseharian mereka.
        Ketika pada tahun 750 Masehi, Sang Jaya Bangsa atau Sang Rama Dhamjaya – Maharaja Sriwijaya yang berpusat di Palembang, Sumatera menyerang kerajaan Langkasuka yang berpusat di semenanjung Malaya sekarang yang pada waktu itu berada di bawah pemerintahan Raja Maha Bangsa. Hingga pada tahun 775 Masehi, Sriwijaya berjaya menaklukkan Langkasuka dan seluruh tanah jajahannya.
        Dari sini, pemakaian tanjak pun diperkenalkan di semenanjung. Meski demikian, pengaruh budaya Melayu Langkasuka seperti kecopong atau ketopong tetap dominan. Di semenanjung sendiri, penggunaan tanjak secara meluas diyakini berawal ketika Seri Teri Buana ditabalkan sebagai pemerintah bagi tiga buah kerajaan, yaitu: Sriwijaya, Bintan dan Singapura Tua.
            Dari segi kedudukan geografi, Kepulauan Bintan dan Kepulauan Singapura adalah sebahagian daripada Semenanjung Tanah Melayu. Ini bermakna, masuknya tanjak berawal dari arah selatan menuju ke utara Semenanjung. Di era-era berikutnya, setelah tersebarnya agama Islam, Sultan-sultan Melaka dan Johor-Riau-Lingga-Pahang telah menabalkan putera-putera mereka sebagai Raja atau sultan di negeri Perak, Jeram (Selangor), Johor, Terengganu dan Pahang.


KEGUNAAN
            Kini, di berbagai daerah kembali mempopulerkan yang menjadi ciri dan simbol adat tersebut. Seperti di kabupaten Siak, Bupati, pejabat hingga anak muda kembali gemar memakai tanjak. Tentu saja dengan bentuk dan variasi yang sudah dimodifikasi. Bisa kita lihat juga di STAIN Bengkalis yang mana dosen dan mahasiswa memakai tanjak pada hari tertentu untuk melambangkan jati diri sekolah tinggi tersebut sebagai Kampus Melayu.
           Tanjak dianggap lambang kewibawaan di kalangan masyarakat Melayu. Semakin tinggi dan kompleks bentuknya, menunjukkan semakin tinggi pula status sosial sipemakainya. Tanjak biasa dipakai masyarakat Melayu di seluruh lapisan kelas sosial, baik di lingkungan kerajaan sebagai kalangan bangsawan maupun pada lapisan masyarakat kelas bawah. Begitu seorang pria meninggalkan rumah, biasa ia mengenakan tanjak. Fungsinya sebagai penutup kepala dari gangguan udara maupun reranting kayu. Awalnya berbentuk ikat biasa, lama kelamaan cukup variatif dan gaya.
           Pembuatan tanjak yang lebih berkreasi digagas oleh orang Melayu dahulu yang aktif di bidang gerak tangan. Kreasi yang muncul pada awalnya diberi nama tebing runtuh, belalai gajah, pial ayam, elang menyongsong angin dan lain sebagainya. Penamaan itu juga menyesuaikan bentuk tanjak yang dibuat. Sehingga sangat populer di dunia Melayu.
             Di kalangan masyarakat luas, selembar kain yang dilipat sedemikian rupa untuk mengihiasi kepala tidak hanya disebut dengan Tanjak, namun ada istilah dan nama-nama lain yang turut menhyertainya, seperti Tengkolok, Destar, untuk menyebutkan nama Tanjak. Namun nyatanya tentu ada perbedaan diantara masing-masing nama-nama tersebut. Kita contohkan dengna Tengkolok yang memiliki kekhasan berupa lilitan yang meruncing ke atas dengan teknik berlapis-lapis hingga membentuk ketebalan tertentu, bahan kain yang digunakan untuk merangkai Tengkolok tentunya bahan yang bermutu.
              Berbeda dengan Destar, yang lillitannya lebih rendah dan menipis, bahan kain yang dipakai juga tidak harus dengan harga yang tinggi. Sementara Tanjak, lebih seperti Tengkolok, namun juga mengadopsi dari Destar, artinya dari segi bahan Tanjak haruslah bahan yang berkualitas, dan atau tidak harus mahal namun menggunakan sejenis bahan yang bisa dijadikan untuk bergaya, dari segi lilitan yang berlapis juga demikian, Tanjak lebih kental mengarah ke Tengkolok. Namun untuk model lilitan dan ketinggian, Tanjak lebih memilih Destar sebagai acuannya.

Komentar

  1. Tanjak tumbang layar di pakai oleh

    BalasHapus
  2. Best Online Slots for Android - JT Hub
    JT's casino app features slot machines, 경기도 출장샵 poker, bingo, blackjack and more at a glance. The app 속초 출장안마 offers players a great experience 전라북도 출장샵 of the 안산 출장안마 games themselves. You 포항 출장마사지

    BalasHapus

Posting Komentar